Sebuah ilustrasi bagaimana melatonin diproduksi secara fisiologis dan mengikuti ritme sirkadian siang dan malam, serta aktif bila tidak ada sinar. Informasi cahaya diterima oleh retina yang memberi informasi melalui jalur retino-hypothalamic dan ditransmisikan melalui suprachiasmatic nucleus (SCN) dimana waktu sirkardian diatur, sehingga tubuh dapat mensinkronisasikan siklus ritme sirkardian dengan siklus terang dan gelap (lebih dari 24 jam). Informasi yang diterima oleh SCN dilanjutkan kepada superior cervical ganglion dan ditransmisikan kepada pineal gland. Noradrenaline dihasilkan oleh superior cervical ganglion akan menstimulasi pineal gland, terutama via β-reseptor, dengan demikian mempercepat sintensis cAMP, jalur kedua mengaktivasi arylalkylamine N-acetyltransferase activity (AANAT), enzim jarang yang terbatas dari sintesis melatonin. Kadar melatonin pada pineal gland dan darah memperlihatkan variasi sirkardian, meningkat pada malam hari dan berkurang pada siang hari. Pada manusia sekresi melatonin tertinggi pada usia 1-3 tahun, dan mulai berkurang usia pubertas dan berkurang sekali hingga 1/10 dari kadar normal rata-rata pada usia diatas 70 tahun.2
Kita akan bahas beberapa literature meta analisis yang menunjukan seberapa efektif kah melatonin dalam memberikan efek terhadap keseluruhan proses tidur.Sebuah meta analisis yang dipublikasikan tahun 2013 bulan Mei, dengan design randomized, placebo-controlled pada data PubMed yang melibatkan 1.683 subjek yang terdiri dari dewasa dan anak-anak yang didiagnosa dengan primary sleep disorders. Penilaian adalah perbaikan pada sleep latency, kualitas tidur dan total waktu tidur. Meta regresi dilakukan untuk menguji pengaruh dosis dan durasi melatonin yang dilaporkan sehubungan dengan efektivitas. Hasilnya memperlihatkan efektivitas yang signifikan dalam menurunkan sleep latency (weighted mean difference (WMD) = 7.06 menit [95% Cl 4.37 – 9.75], Z = 5.15, p<0.001) dan meningkatkan total waktu tidur (WMD = 8.25 menit [95% Cl 1.74 – 14.75], Z = 2.48, p = 0.013). Percobaan dengan durasi yang lebih panjang dan menggunakan dosis yang lebih tinggi menunjukkan efek yang lebih besar pada menurunkan sleep latency dan meningkatkan total waktu tidur. Secara keseluruhan kualitas tidur meningkat secara signifikan pada subjek yang menggunakan melatonin (standardized mean difference = 0.22 [95% Cl: 0.12 – 0.32], Z = 4.52, p <0.001) dibandingkan dengan plasebo. Kesimpulan dari meta analisis ini memperlihatkan melatonin dapat menurunkan sleep onset latency, meningkatkan total waktu tidur dan meningkatkan seluruh kualitas tidur. Meskipun manfaat absolute melatonin dibandingkan plasebo lebih kecil dibandingkan pengobatan farmakologi lainnya untuk insomnia, melatonin memiliki peran dalam pengobatan insomnia karena profil efek sampingnya yang relatif aman dibandingkan pengobatan farmakologi lainnya.3
Sebuah mata analisis lain yang dipublikasi februari 2006, dengan data yang diambil dari 13 elektronik database dan list referensi dari review yang relevan dan penelitian yang termasuk didalamnya dari abstrak Associated Professional Sleep Society (dari tahun 1999 – 2003). Penelitian yang dipilih adalah review efektivitas termasuk randomized controlled trials dan review keamanan termasuk randomized dan non-randomised controlled trials. Didapatkan 6 randomised controlled trial dengan 97 partisipan memperlihatkan tidak ada bukti bahwa melatonin memiliki efek terhadap sleep onset latency pada orang dengan gangguan secondary sleep disorders (weighted medan difference – 13.2 (95% confidence interval -27.3 – 0.9)min). Sebanyak 9 randomized controlled trials dengan 427 partisipan memperlihatkan tidak adanya bukti bahwa melatonin memiliki efek pada sleep onset latency pada orang yang memiliki gangguan tidur yang disertai gangguan penyertanya (-0.1 (-2.3 – 0.3)min). sebanyak 17 randomised controlled trials dengan 651 partisipan memperlihatkan tidak adanya bukti efek samping selama penggunaan melatonin dengan waktu penggunaan jangka pendek (3 bulan atau kurang). Kesimpulan dari literature ini menyebutkan tidak ada bukti melatonin efektif dalam mengobat secondary sleep disorders atau gangguan tidur yang yang disertai gangguan penyertanya, seperti jet leg dan gangguan yang diakibatkan shift kerja. Terbukti bahwa melatonin aman digunakan dalam jangka pendek.4
Sebuah meta analisis yang menilai efektifitas dan kemanan pemberian melatonin dari luar dalam memanfaatkan siklus tidur dan bangun pada pasien dengan delayed sleep phase disorders. Data meta analisis diambil dari paper dengan design randomized controlled trials termasuk orang dengan delayed sleep phase disorders yang dipublikasi di Inggris, membandingkan melatonin dengan plasebo, danmelaporkan hasil dengan 1 atau lebih yang mengikuti: endogenus onset dari melatonin, waktu onset tidur, waktu bangun tidur, sleep onset latency, dan total waktu tidur yang terdapat dalam PubMed, Embase, dan abstrak dari sleep and chronobiologic societies (1990-2009). Sebanyak 5 penelitian termasuk 91 dewasa dan 4 penelitian termasuk 226 anak-anak memperlihatkan pengobatan dengan melatonin meningkatkan rata-rata onset endogenus melatonin sebesar 1.18 jam (95% confidence interval [Cl]:0.89-1.48 jam) dan waktu onset tidur 0.67 jam (95% Cl: 0.45 – 0.89 jam). Melatonin mengurangi sleep onset latency 23.37 menit (95% Cl: 4.83 – 41.72 min). Waktu bangun tidur dan total waktu tidur tidak berubah secara signifikan. Kesimpulannya melatonin efektif dalam memperpanjang ritme siklus tidur dan bangun dan ritme endogenus melatonin dalam delayed sleep phase disorder.5
Ada dua jenis gangguan tidur yaitu primary dan secondary sleep disorders yang membedakan dari keduanya adalah etiologinya, primary sleep disorder gangguan tidur yang tidak terkait dengan kondisi medis atau kejiwaan tertentu, sedangkan secondary sleep disorder gangguan tidur yang disebabkan karena penyakit atau kondisi kejiwaan tertentu yang mendasarinya.
Beberapa penelitian lainnya dengan untuk treatment pada pasien-pasien gangguan tidur lainnya dan penyakit lainnya karena diduga melatonin dapat berkontribusi positif pada kesehatan dan perkembangan penyakit tertentu. Melatonin juga dianggap berkhasiat sebagai antioksidan, berperan positif dalam glukosa dan metabolisme lipid, metabolisme tulang, fungsi reproduksi, cancer dan Alzheimer disease.2
Dari bahasan diatas bahwa eksogenus melatonin mungkin berguna dalam membantu kualitas tidur orang yang mengidap primary sleep disorder karena menurut meta analisis memperlihatkan tidak signifikan dalam membantu pasien dengan secondary sleep disorder. Potensi dalam memperbaiki kualitas tidur tidak terlalu signifikan dibandingkan obat-obat yang biasa digunakan untuk mengobati gangguan tidur seperti minor tranqulizers, namun melatonin aman diminum dalam jangka waktu 3 bulan dan memiliki benefit lain bagi kesehatan.
Referensi :
1. Sholehah L R. Management of insomnia. E-Jurnal
Medika Udayana, [S.l.], p. 933-954, apr. 2013. ISSN 2303-1395. Available at:
<https://ojs.unud.ac.id/index.php/eum/article/view/5352>. Date accessed:
16 june 2017.
2. Yonei Y, Hattori A, Tsutsu K,
Okawa M, Ishizuka B. Review article Effect of melatonin: Basic studies and
clinical application. Anti-Aging Medicine.2010; 7 (7) : 85-91.
3. Ferracioli-Oda E, Qawasmi A,
Bloch M H. Meta-analysis: Melatonin for the treatment of primary sleep
disorders. Plos One. 2013;8(5):1-6.[available from: http://journals.plos.org/plosone/article/file?id=10.1371/journal.pone.0063773&type=printable].
4. Buscemi N, Vandermeer B,
Hooton N, Pandya R, Tjosvold L, Hartling L, et al. Efficacy and safety of
exogenous melatonin for secondary sleep disorders and sleep disorders
accompanying sleep restriction : meta-analysis. [Cite this article as: BMJ,
doi:10.1136/bmj.38731.532766.F6 (published 10 February 2006)]. [available from
: http://www.bmj.com/content/bmj/332/7538/385.full.pdf].
5. Van Geijlswijk IM; Korzilius
HPLM; Smits MG. The use of exogenous melatonin in delayed sleep phase disorder:
a meta-analysis. SLEEP. 2010;33(12):1-10. [Available from : https://www.researchgate.net/profile/Ingeborg_Van_Geijlswijk2/publication/49647493_The_Use_of_Exogenous_Melatonin_in_Delayed_Sleep_Phase_Disorder_A_Meta-analysis/links/09e4150d4c70c154c4000000/The-Use-of-Exogenous-Melatonin-in-Delayed-Sleep-Phase-Disorder-A-Meta-analysis.pdf].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar