Sebuah clinical trial yang membandingkan omega-3 vs isoflavon dalam mengontrol gejala vasomotor pada pasien menopause yang publish Mei 2017, design penelitian adalah randomized, prospective, two-arm dengan subjek wanita sehat dengan menopause usia 45-65 tahun. Kelompok pertama diberikan omega-3 kapsul sehari 2 kali (425 mg omega-3/kapsul) diberikan peroral (n=38) dan kelompok kedua diberikan soybean isoflavone sehari 2 tablet (54.4 mg isoflavon/tablet) diberikan peroral (n=30) keseluruhan subjek diberikan selama lebih dari 16 minggu. Hasil setelah 4 bulan penurunan gejala hot flushes sedang dan berat pada kelompok omega-3 sangat signifikan (p<0.001), sedangkan pada kelompok isoflavon, ada perbedaan yang signifikan penurunan pada gejala hot fluses yang berat (p=0.02) setelah 4 bulan. Efektifitas omega-3 dan isoflavon tidak menunjukkan perbedaan efektivitas yang signifikan dari waktu ke waktu. Penggunaan omega-3 lebih menguntungkan menurunkan gejala hot flushes setelah pengobatan selama 4 bulan. Hal ini juga tampak pada soybean isoflavone setelah 3-4 minggu dan setelah 4 bulan pada gejala hot flushes yang berat.2
Penelitian soy isoflavon tidak meningkatkan kadar estradiol pada sirkulasi darah sehingga tidak berpotensi meningkatkan risiko cancer pada payudara, endometrium dan ovarium, penelitian lain juga menyebutkan penggunaan phytoestrogen tidak merubah ketebalan endometrium dan berefek negatif terhadap endometrium.1Sebuah penelitian lain meneliti efek isoflavon terhadap efek metabolik pada pasien dengan Polycystic Ovary Syndrome (PCOS), design penelitian dengan randomized, double-blind, placebo-controlled sebanyak 70 wanita yang didiagnosa PCOS dengan usia 18-40 tahun. Dibagi menjadi 2 group yang menerima 50 mg/hari isoflavon (n=35) atau plasebo (n=35) selama 12 minggu. Dilakukan penilaian terhadap metabolisme, endokrin, inflamasi, dan oksidatif stress diawal penelitian dan setelah 12 minggu intervensi. Hasilnya setelah 12 minggu intervensi soy isoflavone secara signifikan menurunkan sirkulasi kadar insulin (p<0.001) dan model homeostasis untuk penilaian estimasi resistensi insulin (p=0.01). Pemberian soy isoflavone juga menurunkan secara signifikan free androgen index (p<0.001) dan serum trigiserida (p=0.04) dibandingkan kelompok plasebo. Peningkatkan secara signifikan total gluthation plasma (p=0.04) dan menurunkan secara signifikan kadar malondialdehyde (p=0.001). Kesimpulannya pemberian soy isoflavone selama 12 minggu pada wanita dengan PCOS secara signifikan meningkatkan nilai insulin resistensi, status hormonal, trigliserida dan penandaan oksidative stress.3
Referensi :1. Saghafi N, Ghanzanfarpour M, Sadeghi R, Najarkolaei A H, Omid M G, Azad A, et al. Effects of phytoestrogens in alleviating the menopausal symptoms : a systematic review and meta-analysis. IJPR. 2017; 16 (Special Issue): 99-111.2. Palacios S, Lilue M, Mejia A, Menendez C. Omega-3 versus isoflavones in the control of vasomotor symptoms in potmenopausal woman. Gynecological Endocrinology. 2017:1-7.3. Mehri J, Zatollah A. The effects of soy isoflavones on metabolic status of patients with polycystic ovary syndrome. J Clin Endocrinol Metab 2016; 101 (9): 3386-94.
Untuk prakteknya sehari2, apa soy isoflavon ini bisa diperoleh dgn konsumsi kedelai seperti pada tahu dan tempe? Berapa banyak yg perlu dikonsumsi?
BalasHapusKurang lebih dalam 100 gram tahu atau 250 ml susu kedelai, tersedia 25 mg isoflavon (Sumber: Nutrients. 2016;8(12):754)
BalasHapus